Rabu, 19 April 2017

Tugas 2 Akuntansi Internasional : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi

Jurnal                           : JURNAL EKONOMI

Download                    : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

Volume & Halaman    : Jurnal Vol. 2 No. 2, NO 208-217

Tahun                           : 2013

Penulis                      : Erna Wati Indriani

Tanggal                     : 20 Maret 2017


Abstrak            :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat bukti secara empiris serta menganalisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dan implikasinya pada asimetri informasi. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang menghasilkan 46 sampel tahun 2010-2011. Penelitian ini dilakukan dengan dua analisis regresi linear terpisah, tahap pertama merupakan regresi linear berganda dan analisis tahap kedua merupakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian ini menjelaskan pada model penelitian tahap pertama, porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Likuiditas perusahaan berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela. Sedangkan umur listing dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Selanjutnya untuk model penelitian tahap kedua, variabel luas pengungkapan sukarela terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap asimetri informasi.


Pembahasan   :
Penelitian ini terbukti berhasil mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan na’im dan rakhman (2000) dalam wicaksono (2010), prayogi (2003), sutomo (2004), simanjuntak dan widiastuti (2004), hardiningsih (2008), supriadi (2010),serta wicaksono (2011)  yang secara umum menemukan bahwa kepemilikan oleh publik memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan. Logikanya didasarkan bahwa pihak luar manajemen (publik) yang memiliki saham ingin memperoleh informasi seluas-luasnya tentang perusahaan tempat menanamkan modalnya, semakin banyak pula pihak yang membutuhkan informasi terkait perusahaan akan memicu pihak manajemen untuk melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif yang dalam hal ini berkaitan dengan luas pengungkapan sukarela perusahaan. Hipotesis kedua adalah umur listing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Hasil t hitung sebesar 0,474 (positif) lebih kecil dari t tabel yaitu 2,02 dan nilai signifikansi 0,638 lebih besar dibanding tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan bahwa  umur listing perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Dengan demikian, hipotesis kedua ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian marwata (2001), simanjuntak dan widiastuti (2004), suta dan laksito (2012) secara umum menemukan bahwa umur listing tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan. Alasan yang mampu mendasari hasil penelitian ini adalah semua perusahaan sektor industri barang konsumsi baik berumur lama ataupun tergolong baru memiliki motivasi yang sama untuk menarik perhatian investor (publik) dengan mengungkapkan informasi sukarela. Alasan lain yang juga dimungkinkan karena teknologi dan informasi terus mengalami perkembangan, tidak menutup kemungkinan bahwa kemajuan tersebut sangat mempengaruhi sistem informasi yang digunakan perusahaan baik yang berumur lama ataupunTerhadap asimetri informasi.Semakin luas pengungkapan yang dilakukan perusahaan maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan investor, dimana pengungkapan yang luas dapat membatasi sikap manajer yang oportunistik yang dapat merugikan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Salah satu bentuk pengungkapan yang memperluas transparansi informasi pendukung mengenai perusahaan adalah pengungkapan sukarela. Semakin luas pengungkapan sukarela yang disajikan dalam laporan tahunan (annual report) maka terjadinya asimetri informasi dapat ditekan sehingga lebih cenderung berkurang tergolong baru dan mempermudah kinerja dalam pengolahan informasi-informasi terkait perusahaan tersebut sehingga pengungkapan informasinya lebih berkembang.


Hasil    :
            Hasil pengujian yang diperoleh dari pengujian terpisah, yaitu regresi sederhana yang menganalisis pengaruh luas pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi. Hipotesis kelima yang diajukan adalah luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Hasil t hitung sebesar 3,460 (negatif) lebih besar dari t tabel yaitu 2,02 dan nilai signifikansi 0,001 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05 mengindikasikan kesamaan hasil penelitian peneliti bahwa  luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Dengan demikian, hipotesis kelima diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh benardi (2009) perusahaan yang diaudit oleh pihak eksternal yang memiliki reputasi layaknya kap big four maupun pihak ekternal umum yang tidak memiliki reputasi tinggi dan bukan bagian yang tergabung dalam kap big four, dipandang tidak mempengaruhi luasnya kelengkapan pengungkapan sukarela. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya perhatian dari pihak pengguna informasi keuangan mengenai perbedaan hasil jasa yang diberikan kantor akuntan publik sebagai pihak pemeriksa eksternal, selama kantor akuntan publik tersebut masih memperoleh ijin oleh bapepam lk sebagai pemeriksa eksternal yang mengaudit perusahaan publik di bursa efek indonesia (kap).


Simpulan         :

            Hasil penelitian ini menjelaskan pada model penelitian tahap pertama, porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Likuiditas perusahaan berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela. Sedangkan umur listing dan ukuran kap tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Selanjutnya untuk model penelitian tahap kedua, variabel luas pengungkapan sukarela terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah menambah variabel lain, penggunaan sampel yang lebih luas ataupun pada sektor lain, menambah periode penelitian, menambah daftar item-item pengungkapan sukarela.

Senin, 20 Maret 2017

Akuntansi Internasional : Review Jurnal Inflasi

Judul
PENGARUH HARGA MINYAK MENTAH DUNIA, INFLASI, SUKU BUNGA (CENTRAL BANK RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI ASEAN (Studi pada Indonesia, Singapura, dan Thailand Periode Juli 2013 – Desember 2015)
Jurnal
JURNAL EKONOMI
Download
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/viewFile/1543/1926
Volume & Halaman
Vol. 39 Hal. 130-138
Tahun
2016
Penulis
Sri Sulasmiyati
Reviewer
Dito Haryo Yudanto
Tanggal
20 Maret 2017


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh harga minyak mentah dunia, inflasi, suku bunga (central bank rate), dan nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di ASEAN dengan periode Juli 2013 – Desember 2015. Seluruh data dianalisis menggunakan teknik penelitian analisis regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik untuk mendapatkan hasil BLUE (Best Linier Unbiased Estimation). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak mentah dunia, inflasi, suku bunga (central bank rate), dan nilai tukar (kurs) berpengaruh simultan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura. Harga minyak mentah dunia dan nilai tukar (kurs) berpengaruh parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura, sedangkan di Thailand hanya nilai tukar (kurs) yang berpengaruh parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Thailand.
Pembahasan
Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel bebas, yaitu Harga Minyak Mentah Dunia, Inflasi, Suku Bunga/Central Bank Rate, dan Nilai Tukar Masing-Masing Negara terhadap variabel terikat yaitu Indeks Harga Saham Sektor Pertambanga di Indonesia, Singapura, dan Thailand (Y). Persamaan regresi digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Hasil
Berdasarkan hasil uji t, variabel harga minyak mentah dunia berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura. Hal ini disebabkan karena sebagian besar emiten pada indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura adalah perusahaan yang berkaitan langsung dengan komoditas minyak mentah dunia. Perusahaan tersebut antaralain bergerak pada subsektor batubara, minyak dan gas, serta penyedia jasa dan peralatan pertambangan. Selain itu, adanya sentimen peningkatan konsumsi komoditas minyak bumi dan gas bumi selama periode penelitian di Indonesia dan Singapura menyebabkan harga minyak mentah dunia mempengaruhi pergerakan indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Movahedizabeh et al. (2014).
Simpulan
1.      Terdapat pengaruh simultan harga minyak mentah dunia, inflasi, suku bunga (central bank rate), dan nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura, sedangkan di Thailand harga minyak mentah dunia, inflasi, suku bunga (central bank rate), dan nilai tukar (kurs) tidak berpengaruh simultan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Thailand.
2.      Terdapat pengaruh parsial harga minyak mentah dunia dan nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura. Variabel inflasi dan suku bunga (central bank rate) tidak berpengaruh parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Indonesia dan Singapura. Hanya variabel nilai tukar (kurs) yang berpengaruh parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Thailand. Variabel harga minyak mentah dunia, inflasi, dan suku bunga (central bank rate) tidak berpengaruh parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Thailand.
3.     Berdasarkan pemeringkatan nilai signifikansi dan nilai koefisien regresi variabel dominan di Indonesia, Singapura, dan Thailand, variabel nilai tukar (kurs) adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan Thailand.

Senin, 19 Desember 2016

Tugas 7 Ekonomi Koperasi : Contoh Koperasi Sukses di Indonesia

Nama : Dito Haryo Yudanto
NPM   : 2B216036

Koperasi merupakan sebuah badan usaha yang memiliki anggota dan setiap orangnya memliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang memiliki prinsip koperasi dan berdasar pada ekonomi rakyat sesuai dengan asas kekeluargaan yang tercantum pada Undang Undang Nomor 25 tahun 1992. Selain pengertian, dibawah ini ada banyak penjelasan mengenai fungsi, jenis dan tujuan koperasi.

Selama ini kita selalu dibayang-bayangi oleh citra koperasi Indonesia yang gagal, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha yang berorientasi pasar. Namun, ketika majalah Pusat Informasi Perkoperasian edisi 336/XXIX, terbit Juli 2011, membuat laporan hasil pemeringkatan 100 koperasi sukses Indonesia tahun 2011.

Pemeringkatan oleh majalah Pusat Informasi Perkoperasian (PIP) tersebut tentunya kembali mengingatkan kita pada laporan tentang 300 koperasi global versi International Cooperative Alliance (ICA) yang diumumkan dalam konferensi ICA di Singapura, tahun 2007. Hasil pemeringkatan PIP secara umum menggambarkan kelahiran koperasi-koperasi sebagai badan usaha skala besar yang berkembang dan berkelanjutan, baik diukur dari nilai aset, volume usaha, maupun sisa hasil usaha (SHU). Salah satu koperasi sukes yang ada di Indonesia yaitu koperasi Sejahtera Bersama, yang bergerak di bidang simpan pinjam dan usaha perdagangan.

Koperasi SEJAHTERA BERSAMA (KSB) adalah koperasi yang bergerak dalam berbagai bidang usaha antara lain Usaha Simpan Pinjam dan Usaha Perdagangan yang didirikan pada bulan Januari Tahun 2004. Koperasi SEJAHTERA BERSAMA ingin berperan secara aktif dalam upaya membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Setiap Unit Usaha Koperasi SEJAHTERA BERSAMA dikelola oleh para expertise yang telah memiliki pengalaman di bidangnya, sehingga Unit Usaha Koperasi SEJAHTERA BERSAMA bukan hanya mampu tumbuh dan berkembang serta menghasilkan keuntungan, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Daftar Pustaka :

Koperasi Sejahtera Bersama. 1, Desember 2016. Sejarah Koperasi Sejahtera Bersama. http://www.ksusb.co.id.
Kompas. 2, Desember 2016. Koperasi Sukses di Indonesia. http://regional.kompas.com.

Tugas 6 Ekonomi Koperasi : Keunggulan Koperasi dibandingkan dengan PT

Nama Kelomok : Dito Haryo Yudanto  (2B216036)
                            Ilham Maulana          (2B215224)
                            Muhammad Afif F    (2B216035)
                            Nabil Hassan            (2B216026)
Kelas :  2EB16

 Kelebihan Koperasi dibandingkan badan usaha lain atau Perseroan Terbatas (PT) yaitu




  1.  Koperasi mengutamakan kesejahteraan social, sedangkan PT mengutamakan Kepentingan perusahaan
  2. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela, sedangkat PT keanggotaanya terbatas
  3. Modal Koperasi berasal dari simpanan anggota, sedangkan PT modal berasal dari penjualan saham, perorangan, atau kelompok.
  4. Koperasi berbadan hokum, sedangkan PT ada yang berbadan hukum ada pula yang tidak
  5. Terdapat pembagian SHU menurut jasa anggota di dalam koperasi, sedangkan PT tidak ada pembagian   SHU.
  6. Keuangan dalam koperasi bersifat terbuka, sedangkan PT keuangan bersifat tertutup
  7. Pengurus dipilih anggota, sedangkat PT dipilih oleh pegang saham
Catatan Kaki :
SHU : Sisa hasil usaha, yaitu pendapatan atau penghasilan dari koperasi
Refrensi :
Enjang.”7 Perbedaan Koperasi dari badan usaha lain”. 4 Desember 2016
https://www.enjang.com/7-perbedaan-koperasi-dengan-badan-usaha-lain/

Selasa, 22 November 2016

Pentingnya Etika Profesi Akuntansi



Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral

Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi” Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya

Sedangkan Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik, desainer dll.

Jadi Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
• Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
• Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
• Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
• Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.


Fungsi Etika :
• Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang membingungkan.
• Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.
• Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme.

Berkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas, etika profesi sangat berpengaruh, karena semua berawal dari masing-masing individu dalam bersikap sesuai etika profesinya. Selain etika profesi, akuntan juga dituntut kemampuannya terkait pengetahuan atau pengalamannya dalam melakukan audit sehingga pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan diberikan sewajarnya sesuai dengan kondisi sebenarnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan sebagai berikut : 


1. Semakin tinggi tingkat profesionalisme yang dimiliki seorang Akuntan, maka pertimbangan dalam memutuskan pemenuhan keinginan klien akan semakin ketat atau akan semakin tidak mudah dalam rangka memenuhi keinginan klien.

2. Etika profesi tidak mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas, hal ini dikarenakan etika profesi lebih cenderung ke arah perilaku seorang Akuntan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang individu, bukan terhadap pertimbangan Akuntan.

3. Pengalaman Akuntan tidak berpengaruh dalam memberikan suatu pertimbangan tentang materialitas.

4. Kredibilitas klien memperkuat hubungan antara profesionalisme Akuntan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

5. Akuntan yang memegang etika profesi yang kuat serta memiliki kepercayaan kepada klien, maka akan dapat memberikan pertimbangan tingkat materialitas meskipun dalam tingkatan yang sangat ketat.
 

6. Kredibilitas klien tidak memoderasi pengaruh pengalaman Akuntan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.